DASAR-DASAR ILMU
Oleh : IDIL VICTOR
I. ONTOLOGI
Pokok pikiran yang dipelajari dalam kerangka berpikir ontologi adalah orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini. Terdapat dua kenyataan, yaitu, kenyataan yang berupa materi (kebenaran) dan yang berupa rohani (kejiwaan). Hakikat menyangkut yang ada dan kemungkinan ada. Hakekat adalah realitas atau kenyataan. Jadi kenyataan yang abadi bukan yang bersifat sementara dan yang berubah.
Ontologi berasal dari perkataan yunani, On = being dan Logos = logic. Jadi ontologi adalah Theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan). Ontologi juga sering disebut juga sebagai ilmu yang mempersoalkan sifaf dan keadaan terakhir dari kenyataan.
Dari beberapa pengertian dan perkembangan pemikiran ontologi, terdapat dua pengertian mengenai ontologi, yaitu :
Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa yunani yaitu, On/Ontos = ada, dan Logos = ilmu. Jadi ontologi adalah ilmu tentang yang ada.
Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkrit maupun rohani/abstrak.
Dalam pemahaman ontologi dapat ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran sebagai berikut :
1. Monoisme
Bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyhataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa materi maupun berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri.
Monoisme terbagi menjadi dua :
a. Materialisme
Bahwa sumber yang asal adalah materi bukan rohani. Atau dengan kata lain benda mati adalah satu-satunya fakta. Sering juga disebut naturalisme. Aliran ini merupakan aliran yang paling tua dan sering mengalami tekanan akibat pengaruh perkembangan agama dan filsafat. Faktor pendukung yang menyebabakan hakikat adalah materi adalah :
- Pada tingkat pemikiran sederhana, apa yang dapat dilihat dan diraba adalah biasanya dijadikan kebenaran terakhir. Pikiran sederhana tidak mampu memikirkan sesuatu diluar ruang yang abstrak.
- Penemuan-penemuan menunjukkan betapa bergantungnya jiwa pada badan. Oleh sebab itu peristiwa jiwa selalu dilihat sebagai peristiwa jasmani.
- Dalam sejarahnya manusia memang bergantung pada benda seperti pada padi. Dewi Sri dan Tuhan muncul dari situ. Kesemuanya ini memperkuat dugaan bahwa yang merupakan hakikat adalah benda.
b. Idealisme
Disebut juga dengan spiritualisme. Idealisme berarti serba cita, sedang spiritualisme berarti serba ruh. Ide artinya hadil dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Materi atau zat itu hanyalah suatu jenis dari penjelmaan ruhani.
Pokok-pokok pikiran aliran idealisme :
- Nilai ruh lebih tinggi dari badan, ruh lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia.
- Manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia luar dirinya.
- Materi ialah kumpulan energi yang menempati ruang. Benda tidak ada, yang ada energi itu saja.
(Kesimpulan : hakikat itu satu (MONOISME) baik materi ataupun ruhani).
2. Dualisme
Hakikat itu ada dua. Yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani. Benda dan ruh, jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari ruh dan ruh bukan muncul dari benda. Kedua hakikat ini berdiri sendiri. Sama-sama asli dan abadi.
Descartes, dengan teori coqito ergo sum, aku berpikir jadi aku ada. Segala sesuatu dapat diragukan kecuali keraguan itu sendiri. Aku sedang ragu benar-benar tidak dapat diragukan adanya.
Aku yang sedang ragu disebabkan aku sedang berpikir. Kalau aku berpikir pasti ada dan benar. Jika berpikir ada, berarti aku ada sebab yang berpikir itu aku. Aliran ini berkembang menjadi ajaran rasionalisme yang mengemukakan bahwa akal atau rasio adalah alat terpenting dalam meperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan.
Inti kesimpulan dualisme adalah manusia tidak akan mengalami kesulitan untuk menerima prinsip dualisme ini, karena setiap kenyataan lahir dapat segera ditangkap oleh pancaindera kita, sedang kenyataan bathin dapat segera diakui adanya oleh akal dan perasaan hidup.
3. Pluralisme
Bahwa segala macam bentuk adalah kenyataan. Kenyataan alam tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas. Dahulu aliran ini mengakui bahwa Substansi yang ada terbentuk dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api dan udara.
4. Nihilisme
Aliran ini berpendapat ada tiga realitas yaitu:
1. Tidak ada sesuatupun yang eksis. Realitas sebenarnya tidak ada.
2. Bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui.
3. Kita tidak dapat menyebarkan realitas yang kita ketahui pada orang lain.
5. Agnosistisme
Aliran ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun hakikat ruhani. Aliran ini timbul karena orang belum dapat mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang beridir sendiri dan dapat dikenal.
II. EPISTIMOLOGI
Epistimologi atau teori pengetahuann ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Beberapa metode yang digunakan oleh manusia melalui akal, indera dan lain-lain diantaranya adalah :
Metode induktif
Adalah menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi menjadi suatu pernyataan yang lebih umum.
Metode deduktif
Adalah menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.
Metode positivisme
Menganggap bahwa apa yang tampak adalah segala gejala
Metode kontemplatif
Adalah metode yang memakai intuisi sebgai alat mencari ilmu pengetahuan.
Metode dialektis
Adalah metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat
III. AKSIOLOGI
Adalah berkaitan dengan nilai sebagai implementasi dari teori-teori. Akisologi berkaitan dnegan kegunaan pengetahuan yang diperoleh. Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori.Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai.
--------------
Oleh : IDIL VICTOR
I. ONTOLOGI
Pokok pikiran yang dipelajari dalam kerangka berpikir ontologi adalah orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini. Terdapat dua kenyataan, yaitu, kenyataan yang berupa materi (kebenaran) dan yang berupa rohani (kejiwaan). Hakikat menyangkut yang ada dan kemungkinan ada. Hakekat adalah realitas atau kenyataan. Jadi kenyataan yang abadi bukan yang bersifat sementara dan yang berubah.
Ontologi berasal dari perkataan yunani, On = being dan Logos = logic. Jadi ontologi adalah Theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan). Ontologi juga sering disebut juga sebagai ilmu yang mempersoalkan sifaf dan keadaan terakhir dari kenyataan.
Dari beberapa pengertian dan perkembangan pemikiran ontologi, terdapat dua pengertian mengenai ontologi, yaitu :
Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa yunani yaitu, On/Ontos = ada, dan Logos = ilmu. Jadi ontologi adalah ilmu tentang yang ada.
Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkrit maupun rohani/abstrak.
Dalam pemahaman ontologi dapat ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran sebagai berikut :
1. Monoisme
Bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyhataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa materi maupun berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri.
Monoisme terbagi menjadi dua :
a. Materialisme
Bahwa sumber yang asal adalah materi bukan rohani. Atau dengan kata lain benda mati adalah satu-satunya fakta. Sering juga disebut naturalisme. Aliran ini merupakan aliran yang paling tua dan sering mengalami tekanan akibat pengaruh perkembangan agama dan filsafat. Faktor pendukung yang menyebabakan hakikat adalah materi adalah :
- Pada tingkat pemikiran sederhana, apa yang dapat dilihat dan diraba adalah biasanya dijadikan kebenaran terakhir. Pikiran sederhana tidak mampu memikirkan sesuatu diluar ruang yang abstrak.
- Penemuan-penemuan menunjukkan betapa bergantungnya jiwa pada badan. Oleh sebab itu peristiwa jiwa selalu dilihat sebagai peristiwa jasmani.
- Dalam sejarahnya manusia memang bergantung pada benda seperti pada padi. Dewi Sri dan Tuhan muncul dari situ. Kesemuanya ini memperkuat dugaan bahwa yang merupakan hakikat adalah benda.
b. Idealisme
Disebut juga dengan spiritualisme. Idealisme berarti serba cita, sedang spiritualisme berarti serba ruh. Ide artinya hadil dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Materi atau zat itu hanyalah suatu jenis dari penjelmaan ruhani.
Pokok-pokok pikiran aliran idealisme :
- Nilai ruh lebih tinggi dari badan, ruh lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia.
- Manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia luar dirinya.
- Materi ialah kumpulan energi yang menempati ruang. Benda tidak ada, yang ada energi itu saja.
(Kesimpulan : hakikat itu satu (MONOISME) baik materi ataupun ruhani).
2. Dualisme
Hakikat itu ada dua. Yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani. Benda dan ruh, jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari ruh dan ruh bukan muncul dari benda. Kedua hakikat ini berdiri sendiri. Sama-sama asli dan abadi.
Descartes, dengan teori coqito ergo sum, aku berpikir jadi aku ada. Segala sesuatu dapat diragukan kecuali keraguan itu sendiri. Aku sedang ragu benar-benar tidak dapat diragukan adanya.
Aku yang sedang ragu disebabkan aku sedang berpikir. Kalau aku berpikir pasti ada dan benar. Jika berpikir ada, berarti aku ada sebab yang berpikir itu aku. Aliran ini berkembang menjadi ajaran rasionalisme yang mengemukakan bahwa akal atau rasio adalah alat terpenting dalam meperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan.
Inti kesimpulan dualisme adalah manusia tidak akan mengalami kesulitan untuk menerima prinsip dualisme ini, karena setiap kenyataan lahir dapat segera ditangkap oleh pancaindera kita, sedang kenyataan bathin dapat segera diakui adanya oleh akal dan perasaan hidup.
3. Pluralisme
Bahwa segala macam bentuk adalah kenyataan. Kenyataan alam tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas. Dahulu aliran ini mengakui bahwa Substansi yang ada terbentuk dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api dan udara.
4. Nihilisme
Aliran ini berpendapat ada tiga realitas yaitu:
1. Tidak ada sesuatupun yang eksis. Realitas sebenarnya tidak ada.
2. Bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui.
3. Kita tidak dapat menyebarkan realitas yang kita ketahui pada orang lain.
5. Agnosistisme
Aliran ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun hakikat ruhani. Aliran ini timbul karena orang belum dapat mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang beridir sendiri dan dapat dikenal.
II. EPISTIMOLOGI
Epistimologi atau teori pengetahuann ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Beberapa metode yang digunakan oleh manusia melalui akal, indera dan lain-lain diantaranya adalah :
Metode induktif
Adalah menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi menjadi suatu pernyataan yang lebih umum.
Metode deduktif
Adalah menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.
Metode positivisme
Menganggap bahwa apa yang tampak adalah segala gejala
Metode kontemplatif
Adalah metode yang memakai intuisi sebgai alat mencari ilmu pengetahuan.
Metode dialektis
Adalah metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat
III. AKSIOLOGI
Adalah berkaitan dengan nilai sebagai implementasi dari teori-teori. Akisologi berkaitan dnegan kegunaan pengetahuan yang diperoleh. Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori.Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai.
--------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar