Pukul 16 47 WIB, Tanggal 17
Agustus 2013, aku menonton berita televisi tentang makna kemerdekaan RI yang
sesungguhnya, judul tayangan itu KESENJANGAN
“PR” YANG BELUM TERSELESAIKAN, Didalamnya
bercerita tentang perjuangan anak anak di Pulau Aru Sulawesi dalam berjuang
menuju Sekolah untuk dapat sampai di SMP N 5 Kepulauan Aru. Dimulai dengan
harus menyebeang lautan sejauh 10 km, berjalan kaki sejauh 3 KM menembus hutan
dan berganti pakaian seragam di sekolah hingga harus berkonsentrasi menghadapi pelajaran
di Sekolah, berkejaran dengan rasa letih dan keterbatasan kemampuan menerima
pelajaran. Demi memperoleh hak untuk mengenyam pendidikan, dan entah apakah ada
hasil ataukah tidak yang akan dibawa sepanjang hidupnya. Aku tertegun sesaat, hampir
airmataku menetes, tetapi malu kuungkapkan. Mengapa begitu besar kesenjangan
dan penderitaan yang harus diderita oleh sebagian orang bahkan anak-anak dalam hidupnya
terutama dalam menempuh pendidikan. Berjuang
melawan kekerasan dan kepahitan hidup. Aku membathin dalam hati, dimana letak
sumbangsihku sebagai seorang pendidik dan orang yang memiliki kemampuan lainnya
dalam merubah dan memberikan bantuan kepada bangsa ini, terutama dalam bidang
pendidikan itu. Aku mulai berpikir, mungkin aku bisa saja menjadi orang yang
terpanggil untuk turut membenahi masalah tersebut, tetapi apa dayaku, aku hanya
seorang pendidik rendah yang terikat oleh kaedah-kaedah kehidupan lain yang
juga harus kupikirkan. Aku juga berpikir masih banyak orang lain yang memiliki
kesempatan dan kewenangan serta tanggung jawab untuk mengurus semua itu, mereka
yang duduk dalam pemerintahan, yang bersinggungan langsung dan memiliki jiwa kebersamaan
yang lebih dari yang kumiliki, tetapi apakah itu suatu pembenaran bahawa aku
harus berlepas tangan dari itu, diujung
lelahku aku berpikir, mungkin inilah yang menjadi takdir mengapa aku
harus menjadi seorang pendidik, sebesar atau sekecil apapun sumbangsihmu bagi
perkembangan bangsamu, sudah cukup bagimu. Aku berikrar dalam hati akan
kupertahankan idealismeku dalam profesiku, tak mau aku menyia-nyiakan
kesempatan yang telah diberikan Tuhan, akan terus kuberusaha meningkatkan pendidikan
bagi mahasiswaku dengan cara yang benar dan terpuji, bukan materi yang kukejar,
bukan popularitas yang kukejar, tapi makna hidup yang kutuju. Biarlah yang lain
menghianati diri sendiri, menggunakan segala cara untuk mengejar materi bahkan
dengan menghancurkan nilai-nilai dalam berkependidikan. Aku tidak peduli sama
sekali dengan mereka. Hidupku harus berarti, mereka yang kudidik harus
berkualitas walau tidak seluruhnya, karena masa depan mereka juga ada
ditanganku. Aku akan berusaha memberikan yang terbaik bagi mahasiswaku,
rintangan dan halangan hal biasa, semoga Tuhan mendengar doaku.
17 Agustus 2013
12 Agustus 2013
08 Juli 2013
07 Juli 2013
29 Juni 2013
Begitu Jauh Begitu Dekat
Pernah suatu ketika waktu aku ditugaskan di daerah Pendopo, Muara Enim, Aku menginap di Guest House Cirebon, sebuah mess eksekutif tempat para staff perusahaan diinapkan selama proses mandah (menginap untuk kepentingan pekerjaan) dalam penggarapan suatu proyek yang memakan waktu lama dalam pengerjaannya. Messnya sangat sejuk, Mess berasitektur serba kayu jati itu Cuma terbagi beberapa ruang ber AC, ruang kamar, ruang tamu, ruang makan, ruang pembantu dan beberapa ruang lainnya, semua serba lux dan harum, termasuk layanan televisi kabel dan hidangan makanan serba enak. Maklum mess itu diperuntukkan bagi para staff kontraktor sharing-nya Pertamina, waktu itu masih milik Exspan, sebuah perusahaan eksploitasi minyak bonafide, tetapi sekarang sudah diakuisisi oleh Medco Energi, Tbk. Dan aku termasuk salah satu staff yang menginap disana. Setelah hari gelap kami baru tiba dan bermalam disana. Aku nikmati betul malam hari pertama aku tiba disana, di sebuah lokasi yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya, aku puaskan makan-makan, bersantai sambil sesekali mengobrol dengan penghuni mess lainnya hingga akhirnya malam mengantarkan aku terlelap diatas kasur empuk dalam kamar pribadi aku. Pagi ketika matahari telah menyingsing, aku terbangun oleh kicauan burung dipepohonan sebelah kamar aku, sebab mess kami terletak didaerah perbukitan dengan suasana asri khas komplek perumahan pertamina dan berada agak ke dalam hutan, tetapi bukan hutan liar karena sudah banyak perkebunan milik penduduk atau milik perusahaan swasta. Aku singkap tirai jendela ingin mengetahui situasi di sekeliling mess pada waktu terang. Sebab tadi malam tidak begitu jelas terlihat. Begitu aku lihat, aku terpaku beberapa lama, tertegun memperhatikan pemandangan tidak begitu jauh dari kamar aku, hanya dibatasi oleh halaman, pagar dan sebuah jalan tanah merah khas jalan proyek, terdapat sebuah lahan sawah yang tidak begitu besar diapit oleh beberapa kebun dan persawahan lainnya. Ternyata lokasi mess kami berbaur dengan lokasi persawahan dan perkebunan penduduk. Karena memang benar lokasi daerah minyak tidak mengenal tempat, dimana ada minyak disitu dieksploitasi. Disana terlihat sepasang suami istri yang sudah cukup tua sedang menggarap sawah, seorang anaknya terlihat mondar mandir sambil menuntun kerbau entah sapi, semua menceburkan diri di kubangan sawah, berpanas-panas dibawah matahari yang semakin terik, bekerja dengan segenap tenaga, entah sudah berapa lama mereka bekerja hari itu. Tak dapat aku tahan rasa sedih, Mengapa Tuhan lainkan kenikmatan makhlukNya, ada mereka yang berkepayahan mencari sesuap nasi dengan membanting tulang siang malam, kepanasan kehujanan, memeras tenaga dan pikiran, dan ada pula mereka yang berada dalam ruangan sejuk, tidur nyenyak di kasur empuk, makan serba enak, semua serba mewah. Kenikmatan yang masing-masing kami miliki hanya dipisahkan tanah 30 meter jauhnya, tetapi begitu paradoksal, begitu membuat gundah dan menyedihkan. Bagaimana jika terjadi pertukaran posisi. Aku meringis dalam hati. Akhirnya aku berbisik dalam sanubari, Ya Tuhan, ampuni aku yang telah begitu banyak menerima rahmatMU, dan kadang lalai menyadarinya, aku minta satu Engkau beri seratus, Aku minta setetes Engkau limpahkan selautan. Ya Tuhan, Jangan tinggalkan aku ketika aku lupa dan lena. Aku tahu pasti ada rahasia dibalik semua ayat-ayat yang kau hamparkan kehadapanku, akan terus kupelajari apa yang Engkau rahasiakan, Akan aku cari hikmahnya walau sampai kapanpun juga dengan akal dan jiwaku yang danagkal ini ini. (Mengenang 6 tahun resign)
27 Juni 2013
12 Juni 2013
Langganan:
Postingan (Atom)
Wise Word
The Knowledgement Can Satisfy Your Need But Not Your Greed