10 Maret 2015
17 Agustus 2013
RENUNGAN PENDIDIK
Pukul 16 47 WIB, Tanggal 17
Agustus 2013, aku menonton berita televisi tentang makna kemerdekaan RI yang
sesungguhnya, judul tayangan itu KESENJANGAN
“PR” YANG BELUM TERSELESAIKAN, Didalamnya
bercerita tentang perjuangan anak anak di Pulau Aru Sulawesi dalam berjuang
menuju Sekolah untuk dapat sampai di SMP N 5 Kepulauan Aru. Dimulai dengan
harus menyebeang lautan sejauh 10 km, berjalan kaki sejauh 3 KM menembus hutan
dan berganti pakaian seragam di sekolah hingga harus berkonsentrasi menghadapi pelajaran
di Sekolah, berkejaran dengan rasa letih dan keterbatasan kemampuan menerima
pelajaran. Demi memperoleh hak untuk mengenyam pendidikan, dan entah apakah ada
hasil ataukah tidak yang akan dibawa sepanjang hidupnya. Aku tertegun sesaat, hampir
airmataku menetes, tetapi malu kuungkapkan. Mengapa begitu besar kesenjangan
dan penderitaan yang harus diderita oleh sebagian orang bahkan anak-anak dalam hidupnya
terutama dalam menempuh pendidikan. Berjuang
melawan kekerasan dan kepahitan hidup. Aku membathin dalam hati, dimana letak
sumbangsihku sebagai seorang pendidik dan orang yang memiliki kemampuan lainnya
dalam merubah dan memberikan bantuan kepada bangsa ini, terutama dalam bidang
pendidikan itu. Aku mulai berpikir, mungkin aku bisa saja menjadi orang yang
terpanggil untuk turut membenahi masalah tersebut, tetapi apa dayaku, aku hanya
seorang pendidik rendah yang terikat oleh kaedah-kaedah kehidupan lain yang
juga harus kupikirkan. Aku juga berpikir masih banyak orang lain yang memiliki
kesempatan dan kewenangan serta tanggung jawab untuk mengurus semua itu, mereka
yang duduk dalam pemerintahan, yang bersinggungan langsung dan memiliki jiwa kebersamaan
yang lebih dari yang kumiliki, tetapi apakah itu suatu pembenaran bahawa aku
harus berlepas tangan dari itu, diujung
lelahku aku berpikir, mungkin inilah yang menjadi takdir mengapa aku
harus menjadi seorang pendidik, sebesar atau sekecil apapun sumbangsihmu bagi
perkembangan bangsamu, sudah cukup bagimu. Aku berikrar dalam hati akan
kupertahankan idealismeku dalam profesiku, tak mau aku menyia-nyiakan
kesempatan yang telah diberikan Tuhan, akan terus kuberusaha meningkatkan pendidikan
bagi mahasiswaku dengan cara yang benar dan terpuji, bukan materi yang kukejar,
bukan popularitas yang kukejar, tapi makna hidup yang kutuju. Biarlah yang lain
menghianati diri sendiri, menggunakan segala cara untuk mengejar materi bahkan
dengan menghancurkan nilai-nilai dalam berkependidikan. Aku tidak peduli sama
sekali dengan mereka. Hidupku harus berarti, mereka yang kudidik harus
berkualitas walau tidak seluruhnya, karena masa depan mereka juga ada
ditanganku. Aku akan berusaha memberikan yang terbaik bagi mahasiswaku,
rintangan dan halangan hal biasa, semoga Tuhan mendengar doaku.
Langganan:
Postingan (Atom)
Wise Word
The Knowledgement Can Satisfy Your Need But Not Your Greed